Implikasi Ajaran Pestalozzi Dalam Pembelajaran Sains di MI/SD Penyelenggara Inklusi

Authors

  • Sigit Prasetyo UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.14421/albidayah.v8i1.95

Keywords:

science learning, inclusive school, Pestalozzi

Abstract

Kendala yang sering dihadapi guru MI/SD dalam kegiatan pembelajaran untuk siswa inklusi adalah pembelajaran sains. jelaslah hal ini tidak sejalan dengan hakikat pembelajaran sains yang menekankan pelakunya untuk berperan aktif, memiliki kemampuan mobilitas, mampu mengeksplorasi alam sekitar, dan pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari. Permasalahan dalam mempelajari sains pada siswa inklusi harus segera dicarikan jalan keluarnya. Jika tetap dibiarkan maka kemampuan siswa inklusi dalam pembelajaran sains akan semakin tertinggal dengan siswa pada umumnya.Ajaran Pestalozzi merupakan sesuatu yang harus diberikan kepada siswa MI/SD di sekolah penyelenggara inklusi, karena ajaran Pestalozzi mengandung muatan pendidikan moral yang dapat membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik dan hidup setara dengan anak-anak normal lainnya. Pendidikan inklusi merupakan perkembangan pelayanan pendidikan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari pendidikan inklusi, selama memungkinkan, semua anak atau siswa seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Peranan guru sains dan perancang pembelajaran dalam mengembangkan strategi pembelajaran sains pada siswa MI/ SD di sekolah penyelenggara inklusi mestinya harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengambil peran moral, baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakarat yang lebih luas dengan memberikan keteladanan melalui proses peniruan, dimana semuanya harus dimulai dari pendidik itu sendiri.

References

Cruickshank, William dan G. Orville Jonhson, Exceptional Children and Youth, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1958.

Davies, T., Confidence! Its role in the creative teaching and learning of design and technology, Journal of Technology Education. Volume 12, Number 1, Fall 2000, 2000, Diambil pada tanggal 15 Januari 2009, dari http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v12n1/davies.html.

Depdiknas, Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional, 2003.

Depdiknas, Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2005.

Depdiknas, Keterampilan dan teknik berpikir sederhana untuk pembelajaran IPA SD, Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (Science Education Development Centre), 2007.

Gallan Berkah Mahesa, Damri, dan Yosfan Azwandi, Perencanaan Pembelajaran Oleh Guru Di SMP Negeri 23 Padang Dalam Setting Inklusi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus (E-JUPEKhu). Volume 2, Nomor 3, September 2013. Diambil pada tanggal 27 September 2015, dari http://ejournal.unp.ac.id/indek.php/jupekhu, 2013.

Heafford M.R., Pestalozzi, Great Britain: Richard Ltd, 1967.

Istiningsih, Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Kabupaten Boyolali, Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005.

Jones, J, Professionalism-for science teachers, Teachers Network, 285 West Brodway NY, NY 10013, p 212, 1-4. Diambil pada tanggal 10 Januari 2009,

dari http://www.nsta.org/about/positions.aspx#list, 2008.

Mamah Siti Rohmah, Pendidikan Agama Islam Dalam Setting Pendidikan Inklusi, Tesis. Sekolah Pascasarjana UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Martin, R., Sexton, C., Franklin, T., et al, Teaching science for all children: Inquiry methods for constructing understanding (3rd ed.). Boston: Pearson Education, Inc., 2005.

Maulana Suhad, Mengembangkan Model Pembelajaran Multiple Inteligent Pada Siswa Inklusi Untuk Pembelajaran Fisika Tingkat SMP, Jakarta: Proceding Seminar Nasional, 2012.

O’Neil, Can Inclusion Work? A Conversation with James Kuffman and Mara Sapon-Shevin. Educational Leadership 52 (4)7-11, 1995.

Permendiknas, Tentang Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa, Diambil pada tanggal 29 September 2015, dari http://www.kopertis12.or.id/wp-content/uploads/2013/07/Permen-No.-70-2009-tentang-pendidikan-inklusimemilikikelainan-kecerdasan.pdf, 2009.

Skjorten, Miriam D, Toward Inclusion and Enrichment. Article in Johnsen, Berit H. & Skjorten, Miriam D. (ed). Educational – Special Needs Education: An Introduction. Oslo, Unipub, 2001.

Sodiq A. Kuntoro, Makalah: Sketsa Pendidikan Humanis Religius, Fakultas Ilmu Pendidikan. UNY, 2008.

Sri Sulistyorini, Pembelajaran Sains sekolah dasar, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007.

Tengku, Z.D, Strategi pembelajaran terhadap hasil belajar, Padang: Universitas Negeri Padang, 2001.

UNESCO, Education for all I, II, and III, Jomtien: Thailand World Conference on Education for all. Diambil pada tanggal 28 September 2015 dari http://www.unesco.org, 1990.

UNESCO, The Salamanca Statement and Frame work for Action on Special Needs Education, Paris: UNESCO, 1994.

United Nations, Universal Declaration of Human Rights, New York: United Nations. Diambil pada tanggal 27 September 2015, dari http://www.un.org/en/documents/udhr , 1948.

United Nations, Convention on The Rights of The Child, New York: United Nations. Diambil pada tanggal 28 September 2015, dari http://www.un.org/millennium/law/iv-10.htm, 1989.

Downloads